JIHAD DAN TAUHID SEBAGAI ETOS KERJA

A.NILAI TAUHID

1. Nilai Rububiyah.

Dalam kehidupan ini, manusia akan selalu merasakan berbagai manfaat dan kenikmatan yang tak terhitung dan tidak akan mampu disebutkan satu per satu. Karena hal ini menunjukkan bahwa luasanya rahmat Allah, benar-benar adanya Dia serta kebaikanNya terhadap makhlukNya. Semua itu akan mendorong kita untuk mengagungkan Yang Maha menciptakan dan membuatnya, mensyukurinya, senantiasa menggerakkan bibir untuk berdzikir padaNya dan mengikhlaskan agama ini hanya milik Allah. Maka, implikasi nilai rububiyah dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

· Menjadikan manusia untuk konsisten dalam mengakui keesaan Allah sebagai Pencipta alam semesta serta mengetahui bukti-bukti tentang kebenaran seluruh ciptaanNya.

· Mengingatkan manusia untuk selalu memikirkan ayat-ayat kauniyah.

· Mengingatkan manusia untuk selalu memikirkan banyak nikmat dan ciptaan Allah SWT.

2. Nilai Uluhiyah

Tauhid uluhiyah mengandung tauhid rububiyah dan tauhid asma’wa shifat. Barangsiapa yang hanya beribadah kepada Allah dan beriman bahwa Dia-lah semata-mata yang berhak untuk disembah, maka itu menunjukkan bahwa ia beriman kepada rububiyahNya dan asma’ wa shifatNya. Maka, implikasi nilai uluhiyah dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

· Mampu menata diri dan niat dalam melaksanakan ibadah mahdhah (ritual) untuk ikhlas hanya kepada Allah serta melaksanakannya sesuai dengan tata cara yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

· Mampu menerapkan ibadah ‘ammah (sosial) secara adil dan bijak.

3. Nilai Ihsan Kepada Manusia

Keutamaan berbuat baik kepada sesama manusia merupakan buah keimanan yang mengantarkannya pada amal shaleh yang dimana Allah akan membalasnya dengan berbagai macam kebaikan pula. Karena hal ini akan memperkuat keimanan dan cinta akan kebaikan serta lebih mendekatkan diri kepadaNya dan mengikhlaskan amalan hanya untuk Allah SWT. Maka, implikasi nilai ihsan kepada manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

· Menumbuhkan rasa saling tolong-menolong dalam hal kebaikan.

· Mewujudkan manusia yang cinta akan kebaikan.

B. Apa yang dimaksud dengan etos ?

Etos berasal dari kata Yunani yang berarti “sesuatu” yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja.Dari kata ini lahirlah apa yang disebut “ethic” yang berarti pedoman, moral dan perilaku atau lebih dikenal dengan etiket yang berarti cara bersopan santun.

Kata etik ini dikenal dengan istilah etika bisnis yaitu cara atau pedoman perilaku dalam menjalankan suatu usaha atau dagang, dan sebagainya.Karena etika berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang maka, hendaklah pribadi muslim harus mengisietika tersebut dengan keislaman dan sesuatu yang lebih positif untuk menghindari sesuatu yang negative.

Etika juga mempunyai makna kesusilaan yang berarti bahwa suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging.

C.Apa yang dimaksud dengan kerja?

Hampir disetiap sudut kehidupan kita akan menyaksikan begitu banyak orang yang bekerja. Para salesmen yang hilir mudik mendatangi rumah dan toko, para guru yang tekun berdiri di depan kelas, polisi yang mengatur lalu lintas dalam selingan hujan dan panas terik, serta segudang profesi lainnya.

Mereka semua melakukan kegiatan (aktivitas), tetapi lihatlah bahwa dalam setiap aktivitasnya itu ada sesuatu yang dikejar, ada tujuan serta usaha (ikhtiar) bersungguh-sungguh untuk mewujudkan aktivitasnya tersebut mempunyai arti.

Walau demikian, tidaklah semua aktivitas manusia dapat dikategorikan sebagai bentuk pekerjaan. Karena, didalam makna pekerjaan terkandung tiga aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu:

1. Bahwa aktivitasnya dilakukan karena ada dorongan tanggung jawab (motivasi).

2. Bahwa apa yang dia lakukan tersebut dilakukan karena kesengajaan, sesuatu yang direncanakan, karenanya terkandung di dalamnya suatu gabungan antara rasa dan rasio.

3. Bahwa apa yang dia lakukan itu, dikarenakan adanya sesuatu arah dan tujuan yang luhur (Aim, Goal), yang secara dinamis memberikan makna bagi dirinya, bukan hanya sekedar kepuasan biologis statitis seperti (suami istri melakukan hubungan sebadan), tetapin adalah sebuah kegiatan untuk mewujudkan apa yang diiginkannya agar dirinya mempunyai arti.

Di sisi lain makna “bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang bersungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, fikir, dan dzikirnya dengan mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang lurus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian masyarakat yang terbaik (khoiro ummah) atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.

c. cirri etos kerja muslim

cirri-ciri orang yang memiliki etos kerja akan Nampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa pekerjaan itu merupakan ibadah , suatu panggilan dan perintah Allah yang akan memuliakan dirinya memanusiakan dirinya sebagai manusia pilihan .

berikut merupakan cirri-ciri orang yang beriman :

1. Memiliki jiwa kepemimpinan .

Memimpin berarti mengambil peran secara akti untuk memperngaruhi orang lain agar orang lain dapat berbuat sesuai dengan keinginannya . kepemimpinan berarti kemampuan untuki mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran sehinga kehadiran dirinya member pengaruh pada ligkungannya .

Seorang pemimp0in hendaklah memiliki personalitas yang tinggi . dia larut dalam keyakinan tapi tidak segan untuk menerima kritik , bahkan mengikuti apa yang terbaik. Semangat dan rasa kepemimpinan harus tumbuh sedini mungkin di kalangan keluarga .

2. Selalu berhitung .

Sebagaimna ungkapan rasullulah : bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kau akan hidup selamanya dan beribadahlah untuk akhirat seakan-akan engkauakan mati besok “.

Setiap langlkah dalam kehidupan selalu memperhitungkan segala aspek dan resikonya dan tentunya sebuah perhitungan yang rasional tidak percaya dengan tahayul apalagi segala amacam mistik atribut kemusrikan . komitme pada jani dan disiplin pada waktu merpakan citra seorang muslim sejati .

Waktu shalat secara tepat dan konsisten , dating lima kali sehari menggunakan melalui suara muazim , merupakan sisi lain dari cara islam menghargai waktu .

Di dalam bekerja dan berusaha akan tampak jejak seorang muslim yag selalu teguh pendirian tepat janji dan berhitung dengan waktu .

3. Menghargai waktu .

Waktu baginya adalah rahmat yang tiada terhitung nilaiya . baginya pengertian terhadap makna waktu merupakan rasa tanggung jawab yang sangat besar . sehingga sebagai konsekuensi logisnya dia menjadikan sebagai wadah produktitas . ada semacam bisikan dalam jiwa jangan lewatkan barang sedikit pun kehidupan ini tanpa member arti .

Menyusun tujuan membuat perencanaan kerja dan kemudian melakukan evaluasi atas hasil kerja dirinya , merupakan salah satu cirri dan karakter orang mujahidin .

4. Dia tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan .

Merasa puas dalam berbuat kebaikan adalah pertanda matinya kreatifitas .sekali dia bernuat , tak ada satu benteng menghalangi , tak ada samudra yang menakkutkan . keberanian yang berjodoh dengan ilmu yang tajam diarahkannya untuk membuahkan prestasi amaliah .

5. Hidup berhemat dan efisien

Dia akan selalu berhemat karena seorang muslim punya pandangan jauh kedepan.

6. Memiliki jiwa wiraswasta.

Memiliki jiwa dan semngat wiraswasta yang tinggi dan mau memikirkan semua fenomena sekitar ,nurani nya sangat halus dan tanggap akan lingkungan dan setiap tindakannya diperhitungkan dengan laba dan rugi manfaat dan mudhorat .

7. Memiliki innsting bertanding dan bersaing

Semangat bertanding merupakan sisi lain dari cerita seorang muslim yang memiliki semngat jihad . panggilan untuk bertanding dalam segala lapangan kebijakan dan meraih prestasinya . dihayati dengan rasa tanggung jawab sebagai panggioan Allah dan sekaligus sebagai pembuktian ayat quraniah yang telah digoreskan kalamnya yang sangat motivatif.

8. Keinginan untuk mandiri ..

Semangat jihat melahirkan sejuta kebahagiaan yang diantaranya ialah kebahagia untuk memperoleh hasil dan usaha atas karya yang dibuahkan dari dirinya sendiri . dia merasa risih apabila memperoleh sesuatu secara gratis . merasa tak bernilai apabila menikmati sesuatu tanpa bertenggang otot bermandikan keringat.

9. Haus untuk memiliki sifat keilmuan

Setiap muslim dianjurkan untuk mampu membaca dari hal yang kecil sampai ke hal yang bersifat menyeluruh . seorang yang punya wawasan keilmuan tidak pernah cepat menerima sesuatu karena siat pribadinya yang kritis dan tak pernah mau menjadi kerbau jinak .

Dia sadar bahwa dirinya tidak boleh ikut-ikutan tanpa pengetahuan karena seluruh potensinya dirinya suatu saat akan dimintaiu pertanggung jawaban .

10. Berwawasan makro

dengan berwawasan makro seorang muslim menjadi manusia yang bijaksana . mampu membuat pertimbangan yang teapt , serta setiap keputusan nya lebih mendekati kepada tingkat yang terarah dan benar .

11. Ulet dan pantang menyerah

Keuletan adalah modal yang sangat besar dalam menghadapi semua macam tantangan atau tekanan sebab sejarah telah banyak membuktikan bahwa betapa banyaknya Negara yang memiliki sejarah pahit akirnya dapat keluar dengan berbagai inovasi dan mampu memberikan prestasi yang tinggi bagi lingkungannya .

12. Berorientasi pada produktifitas

Seorang muslim itu seharusnya sangat menghayati firman yang diimankan Allah dengan sangat tegas melarang sikap mubazir karena sesungguhnnya kemubaziran itu adalah temannya syetan .

Dengan penghayatan yang demikian ini tumbuhlah sikap yang konsekuen dalam bentuk perilaku yang selalu mengarah pada cara kerja yang efisien sehingga membutuhkan waktu yang tidak lama dalam berkerja .

13. Memperhatikan kesehatan gizi

Mana mungkin kita akan memiliki kekuatan apabila tubuh tidak terpelihara dengan baik . padahal semua akan menjadi indah dan ilham akan terlahir apabila ditunjang dengan kekuatan jasmani yang prima .

14. Memperkaya jaringan silaturrahmi .

Silaturrahmi adalah lampu penerangan dalam tantangan pergaula kehidupan yang apabila dilakukan dengan penuh tanggung jawab maka akan berkembang dan mengangkat martabat dirinya dihadapa manusia .

BAB III

A. KESIMPULAN

Seorang muslim itu seharusnya sangat menghayati firman yang diimankan Allah dengan sangat tegas melarang sikap mubazir karena sesungguhnnya kemubaziran itu adalah temannya syetan .

Dengan penghayatan yang demikian ini tumbuhlah sikap yang konsekuen dalam bentuk perilaku yang selalu mengarah pada cara kerja yang efisien sehingga membutuhkan waktu yang tidak lama dalam berkerja .

B. SARAN

Referensi:

Tasmara, Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim.AmaliaNet